Salah satu daerah yang masih sangat menjaga nilai-nilai kebudayaan dan adat istiadat di
negara ini adalah Gorontalo, yang banyak mempadupadankan antara budaya dan
agama. Banyak hal yang bisa kita saksikan dalam pembauran antara Islam dan
budaya di Gorontalo ini misalnya pelaksanaan adat pernikahan, pemakaman,
penyelenggaraan adat tamu kehormatan, penyelenggaraan adat kepala daerah atau
pejabat yang baru, tradisi tujuh bulanan, aqikah, Isra mi’raj, maulid nabi dan
masih banyak lagi, yang semua dilaksanakan dengan adat yang sudah membudaya di
masyarakat kita.
Pelaksanaan tradisi maulid nabi yang
dilaksanakan secara adat dan budaya Gorontalo menjadi daya tarik tersendiri
dalam perkembangannya. Proses pelaksanaannya ini merupakan salah satu unsur
kebudayaan yang sangat luhur dan mempunyai nilai tinggi, antara suku dan
daerah-daerah lainnya yang melaksanakan menurut adat masing-masing daerah
dengan ciri khas tersendiri yang telah diwariskan secara turun temurun oleh
nenek moyang yang juga dijadikan sebagai landasan hidup. Pelaksanaan maulid
nabi secara tradisional seperti yang dilaksanakan di Gorontalo pada dasarnya
memang tidak ada anjurannya dalam Islam tetapi untuk memperingati maulid nabi
itu secara umum memang sudah dilaksanakan sejak dulu.
Dalam pelaksanaannya maulid nabi
Muhammad s.a.w., Sebagai bentuk instrospeksi melalui
berdzikir atau modikili. Dikili juga bertujuan untuk mengingat hari kelahiran nabi Muhammad s.a.w.,
mengingat jasa-jasa beliau yang telah menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia termasuk kepada kita, dan juga mengingat pada
sifat-sifatnya yang luhur budi, penyabar, rendah hati dan lain-lain. Sikapnya
yang tegas menyebarkan dakwah Islam patut kita teladani. Dalam memperingati
maulid nabi ini harapannya bukan hanya sekedar mengingat saja kemudian kembali
dilupakan setelah ritualnya selesai, namun harus mampu di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari dan ditanamkan dalam diri setiap manusia. “Lantunan-lantunan dikili membuat ketenangan, dan itu semuanya adalah
sifat dan perilaku dari nabi Muhammad SAW, yang harus kita dijadikan
panutan,”
Perayaan maulid nabi di masjid-masjid
yang ada di Gorontalo tidak lepas dari berbagai macam persiapan yang dilakukan
oleh masyarakat yang melaksanakannya, diantara persiapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
*Rapat penetuan hari pelaksanaan, sebenarnya sudah ditentukan hari dan tanggal untuk pelaksanaannya di kalender
masehi yaitu pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal karena pada tanggal tersebut
merupakan hari kelahiran nabi. Namun oleh masyarakat Gorontalo tanggal 12
Rabi’ul Awwal ini merupakan awal atau tanda dimulainya pelaksanaan maulid nabi
di masjid-masjid, biasanya pada tanggal ini selalu dilaksanakan oleh
masjid-masjid besar yang ada di pusat Kabupaten/Kota sebagai masjid daerah atau
masjid yang ada di pusat kecamatan sebagai masjid kecamatan, yang kemudian di
hari-hari berikutnya dilaksanakan oleh semua masjid-masjid yang sudah
menentukan hari pelaksanaannya. Sedangkan segala bentuk biaya yang terjadi saat pelaksanaannya semua dibebankan
kepada masyarakat, tanpa menggunakan dana pembangunan masjid.
*Walimah/Toyopo, diartikan sebagai perjamuan atau
hidangan yang dihidangkan kepada para tamu atau undangan (pezikir dan
pejabat). Namun masyarakat lebih sering menyebutnya Tolangga yang dikreasikan oleh masyarakat dengan bentuk
yang unik dan hiasan yang meriah. Di dalamnya berisi makanan berupa nasi kuning, pisang, dodol,
telur, ayam goreng, kue cucur dan kue basah lainnya khas Gorontalo. Kemudian Walima/Toyopo tersebut di berikan kepada warga yang ikut berdzikir/modikili serta janda janda tua di sekitaran masjid yang di adakannya perayaaan maulid nabi Muhammad SAW.
0 comments:
Post a Comment